Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2023

Selamat Malam Terakhir

 “Akan ku Cintai dirimu dengan tulus tanpa harus bersamamu, bahkan jika harus melihatmu bahagia bersama yang lain,, dari dalam secangkir kopi yang ku tekukan malam ini memantulkan senyumanmu,, aromanya telah tergantinkan dengan aroma tubuhmu. Perlahan aku nikmati itu dengan helaikan nafas beratku sambil sebut namamu,, dalam cangkir ini bayanganmu hanya tersenyum seakan menertawaiku” “kini bumi yang kupijak terasa sedikit berbeda,, ucapan selamat malam terakhir darimu sejak malam itu, kini telah menyadarkanku,, aku benar-benar orang yang gagal dalam menggapaimu,, namun,, sejatinya aku mencintaimu.. seperti semangat anak indie menunggu senja,, setelah hilang ditelan gelap, dia, sang penunggu senja itu pulang tertati-tati dalam gelap,, besoknya dia kembali lagi,, bahkan mendung disore hari tidak dapat memudarkan obsesinya dengan senja,,. “         Dia telah hidupkan tidur panjangku,, yang hampir tidak tertutupi rapih dengan tanah,, setelah terbangun, entah apa ya...

Rindu dari perkampungan sunyi

      "Setulus hatiku ku ingin menggantikan dia yang pernah kau sayang" aku yakin syair lagu ciptaan Rinto Harahap ini diciptakan dengan emosi yg sangat dalam.. senandung yang ku dengar sehabis hujan itu telah getarkan relung hati,, saat senja berlalu dicuri gelap, suasana remang diiringi gerimis, angin malam itu begitu dingin,, bahkan lebih dari sekedar dinginnya sikapmu ketika marah dan terdiam,,..         Aku berdiri didepan teras rumah sambil memandang keluar,, lalu aku beranjak keluar dan memandangi langit,, hampir tidak ada bintang sama sekali,, malam yg dingin itu begitu menusuk,, Legan panjang  dan selimut yang ku gunakan,, tak bisa tepiskan itu,, parahnya ketika dingin yg berbalut rindu itu menuntutku untuk membuka kembali kenangan bersamamu,, pikiranku diobrak abrik oleh banyanganmu,, aku tersenyum manis, tapi sayangnya senyumanku dipudarkan oleh dingin itu,,..       "Sara,, Rindu dari perkampungan sunyi ini akankah s...

Objek Vital

     Merindukan tanpa bertemu telah dimulai,, mencintai tanpa pacaran hanya bisa dilakukan oleh orang hebat,, ragaku telah meninggalkan Makassar,, tapi tidak dengan hatiku,,.. dari judulnya perlu ada kewaspadaan tingkat tinggi,, aku telah di tiba kota Ambon..        Ketika tiba di pelabuhan dan sampai di tempat tinggalnya temanku aku masih terus kepikiran dengan titipan dari sara titipkan untuk adiknya,, siang itu, sara menghubungiku melalui pesan singkat,,.." papa lagi dinas,, titipan bisa dibawah ke kantor" aku kaget,, karna aku cukup takut Dengan ayahnya,, aku sempat berfikir untuk bawah saja langsung ke rumahnya sara,, karena aku berfikir,, kalau ayahnya lagi dikantor,, berarti mamanya dan adiknya yg ada di rumah, dan aku tidak akang bertemu dengan ayahnya.... tapi karna memang, aku orangnya suka hal menantang termasuk harus ketemu dengan ayahnya sara,, hal yg di atas tidak aku lakukan,, aku meminta temanku untuk menemaniku, dan kita akan benar² ke...

Ujung bumi sejauh mata memandang

 "Sara,, cerita ini ditujukan untukmu,, aku bertemu bersama seseorang yg tidak sempat dia sebutkan namanya,, yg ku kenal sekilas, seorang pria paru baya, yang sedikit beruban, kumis yg begitu tebal,, dengan perut melambung jauh,, kira² jika usianya ku tebak,, mungkin berumur sekitar 60 tahun atau lebih. aku tidak ingin menceritakan hal ini,, tapi aku pikir ini cukup menarik...        Saat itu, aku sementara duduk sambil membaca novel dikursi di deck paling atas sambil menikmati laut lepas dalam menikmati perjalanan ke dermaga selanjutnya,, dan tiba-tiba pria itu menghampiriku,, dia meminta permisi untuk duduk disampingku,, dan aku mempersilahkan dia,, lima belas menit berlalu, aku melipat ujung lembaran novel itu, untuk menandakan batasan terakhir dari bacaan itu  dan menutup novel itu,,..        "Aku melihatmu dengan sejuta beban tergambar dalam jiwamu" kata pertama tanpa sapaan yang pria itu layangkan, membuat aku tersenyum,, dan sambi...

Jejak sentuhan terakhir dermaga pilu

       Terima kasih waktu,, akan ku buka dengan penggalan kata dalam benakku "kenangan senja sore  itu, telah membawaku dan dirimu di sebuah gedung Greja pinggiran kota,, kita melewati kemacetan demi kemacetan,, hingga dengungan suara kendaraan yg kudengar telah tertutupi dengan indahnya suaramu saat berbisik,, setibanya disana,, langkah kaki yang pecahkan kesunyian, kita ayunkan untuk bisa masuk kedalam ruangan itu,, kemudian kita memilih untuk menikmati sentuhan music dan senandung merdu suaranmu,, bahkan, tertawa canggung mengiringi ketidaklarasan music yang aku lakukan,, melodi gitar yang mengalun seakan menyebutkan namamu,, suara music religi itu telah menyatukan dua insan dan TuhanNya,, Hingga kita berhasil meninggalkan jejak dan kenangan disetiap sudut ruangan gereja itu"...            Aku mengira sejak tulisan jln Riantika dan Penghujung Cerita itu,, aku tidak bisa bertemu dengan Sara lagi,, tapi aku salah,, entah keberuntun...