Ujung bumi sejauh mata memandang
"Sara,, cerita ini ditujukan untukmu,, aku bertemu bersama seseorang yg tidak sempat dia sebutkan namanya,, yg ku kenal sekilas, seorang pria paru baya, yang sedikit beruban, kumis yg begitu tebal,, dengan perut melambung jauh,, kira² jika usianya ku tebak,, mungkin berumur sekitar 60 tahun atau lebih. aku tidak ingin menceritakan hal ini,, tapi aku pikir ini cukup menarik...
Saat itu, aku sementara duduk sambil membaca novel dikursi di deck paling atas sambil menikmati laut lepas dalam menikmati perjalanan ke dermaga selanjutnya,, dan tiba-tiba pria itu menghampiriku,, dia meminta permisi untuk duduk disampingku,, dan aku mempersilahkan dia,, lima belas menit berlalu, aku melipat ujung lembaran novel itu, untuk menandakan batasan terakhir dari bacaan itu dan menutup novel itu,,..
"Aku melihatmu dengan sejuta beban tergambar dalam jiwamu" kata pertama tanpa sapaan yang pria itu layangkan, membuat aku tersenyum,, dan sambil melihatnya aku berkata "semua yang dirancang oleh Tuhan baik adanya" sambutnya "benar" dia bertanya "kemana kamu ingin pulang?" "seram" sahutku,, aku benar² tidak ingin bertanya tentang asal pria itu,, cuma dia katakan kepadaku dia hanya ingin turun di dermaga Ambon,,..
Entah benar atau tidak,, dia katakan padaku dia bisa melihat apa yg ada padaku, dan apa yg aku pikirkan,, seperti dia mendapat anugrah,, dia merupakan seorang mantan menjelis yg hanya ingin bersaksi tentang keselamatan,,.. katanya "hidupmu itu ada,, kita bertemu diwaktu ini bukan satu kebetulan,, entah yg aku katakan padamu,, bisa kamu terima atau tidak,, tapi kamu harus melakukannya,," aku hnya terdiam dan bertanya dalam hatiku "apa yang akan dia katakan?" "Jangan lupa bersaksi atas hidupmu,, Tuhan ingin kamu bersaksi untuk siapapun tentang hidupmu dan tentang keselamatan.. biar kuasanya atas hidupmu bisa dilihat oleh orang lain.." tandasnya,, dia katakan padaku,, biasanya dia sering lupa apa yg dia katakan, setelah berpisah dengan orang yang sedang berbicara dengannya...
"Apa yg dia tahu tentang hidupku" dalam hatiku,, sambutnya "aku tau tentang masalahmu" entah kebetulan atau apa,, aku diam dan kebingungan,, sambil bertanya "kenapa kata dalam hatiku bisa disambut dengan suaranya,, mungkinkah dia mengetahuinya?".. dia katakan kepadaku "kamu sudah berjalan bersamanya,, masalahmu yg begitu berat saat ini Tuhan sudah menyelesaikannya,, yg kamu lakukan saat ini hanyalah bersaksi dan bersaksi.. dia berkata kepadaku,, "sebab disinilah ujung bumi ketika aku bersaksi padamu" aku lebih bingung.. aku bertanya "bagimana engkau sebut ini ujung bumi,,? sementara jauh mataku memandang hanyalah laut lepas dibalik itu adalah daratan yg akan kita singgahi..." tuturnya "kamu belum memahaminya"... "dimana kamu berbicara dan bersaksi tentang Tuhan disitulah kisah para rasul 1:8 di genapi.. karena berita itu telah disebarkan.."
"Percayalah padaku kamu sudah berjalan dengan keyakinan,, kamu sudah mampu bersyukur dalam posisi terendahmu tapi kamu harus bersaksi untuk itu,," pesan terakhirnya... "sebaiknya dimana kamu berada, disitulah kamu bersaksi,, Maka disitulah ujung Bumi..." sambil tersenyum,, dia meninggalkanku sambil dia mengucapkan "syalom Tuhan Yesus memberkatimu".. aku hanya membalas senyumannya tanpa sepatah katapun dan melihatnya beranjak dari tatapanku untuk menjauh..
Sejak itu, aku terdiam dan merenung tentang orang misterius itu,, seharusnya aku harus lebih bnyak bercerita dengannya, tapi dia sudah berlalu pergi begitu saja,, kemudian,, aku bertanya pada diriku sendiri "kenapa orang itu bisa mengetahuinya..??" " ah,, sudahlah,,.... sebaiknya aku kembali ke tempat tidurku,,".. setelah itu aku kembali merapikan dan memasukkan novel itu kedalam tasku,, dan aku meninggalkan tempat duduk yang adalah ujung bumi itu,, dengan membalas ucapan pria tersebut tanpa melihat orangnya lagi,, "syalom Tuhan Yesus berkati......"
PenulisTanpaNama
KM. LABOBAR/Namlea, 01.07.23
Komentar
Posting Komentar